PIKIRAN RAKYAT - Uni Emirat Arab atau UEA merupakan negara Arab pertama yang mengambil langkah berani untuk berdamai dengan Israel pada September 2020 lalu.
Enam bulan berlalu, UEA dan Israel semakin mesra. Baru-baru ini, Pangeran Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), Putra Mahkota Abu Dhabi mengucurkan dana investasi setara Rp143 Triliun untuk mengembangkan sektor-sektor strategis Israel.
Namun, UEA mendadak dikabarkan marah pada Israel. Bahkan, Pangeran MBZ membatalkan pertemuan khusus dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Abu Dhabi.
Pertemuan tingkat tinggi UEA dan Israel itu ternyata dibatalkan gara-gara kelakuan PM Benjamin Netanyahu. Padahal, bukan cuma Israel dan UEA yang akan hadir dalam kegiatan tersebut.
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera, pertemuan ini akan dihadiri pula oleh perwakilan Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Arab yang telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, menyusul UEA.
Haaretz, surat kabar Israel menyebut pembatalan pertemuan tersebut disebabkan oleh kemarahan Putra Mahkota UEA pada tingkah PM Netanyahu yang 'memanfaatkan momen normalisasi untuk pemilu'.
Pangeran MBZ dari Uni Emirat Arab dikabarkan tidak puas, bahkan kecewa dengan tindakan PM Netanyahu mengklaim perdamaian UEA dengan Israel sebagai keberhasilan kepemimpinannya di Negara Yahudi itu.
Namun, hal yang paling menyakiti hati Pangeran MBZ ialah ketika PM Netanyahu membawa-bawa dana investasi Rp143 Triliun dari UEA ke dalam kampanye pemilu Israel.
Menurut stasiun televisi Israel, Kan, UEA tidak mau terlibat ataupun disangkutpautkan dengan kampanye PM Netanyahu di pemilu Israel mendatang.
Oleh karena itu, Pangeran MBZ meminta pertemuan tingkat tinggi UEA dan Israel di Abu Dhabi ditunda saja hingga pemilu selesai.
Mantan Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan Uni Emirat Arab 'takkan jadi bagian dari politisasi dalam negeri Israel, kini dan selamanya'.
"Dari sudut pandang UEA, tujuan Abrahamic Accords (Perjanjian Normalisasi Israel-UEA) adalah untuk membangun pondasi yang kuat demi memupuk perdamaian dan kemakmuran Israel dan kawasan yang lebih luas," tulisnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter AnwarGargash, Jumat 19 Maret 2021.
From the UAE’s perspective, the purpose of the Abrahamic Accords is to provide a robust strategic foundation to foster peace and prosperity with the State of Israel and in the wider region. The UAE will not be a part in any internal electioneering in Israel, now or ever.
— د. أنور قرقاش (@AnwarGargash) March 17, 2021
Pada Rabu 17 Maret 2021, PM Netanyahu menuturkan pada Radio Tentara Israel bahwa dirinya tidak akan pergi ke UEA sampai pemilu Israel hingga pemilu Israel selesai pada Selasa 23 Maret 2021 mendatang.
"Saya tidak akan pergi ke Abu Dhabi sebelum pemilu. Saya akan datang setelahnya," tutur PM Israel itu."Saya tidak akan pergi ke Abu Dhabi sebelum pemilu. Saya akan datang setelahnya," tutur PM Israel itu.
Sejak pengumuman normalisasi hubungan antara Israel dan UEA pada Agustus 2021 silam, PM Netanyahu sudah menunda kunjungannya ke Abu Dhabi beberapa kali.
Terakhir, pesawat PM Netanyahu dilarang melintas di atas langit Yordania sehingga pertemuan itu gagal dilangsungkan.
0 Response to "UEA Mendadak Marah Pada Israel Usai Enam Bulan Berdamai, PM Netanyahu Jadi Biang Keroknya"
Post a Comment